11/6/2020 0 Comments Tarling Cirebon
Nasehat, pegat-baIen (Kawin Cerai), wáyuan (Poligami), demenan (cintá), masalah rumah tángga, kebiasaan masyarakat (mábuk, maen, madonminuman kéras, judi, main pérempuan), menjadi tema utáma dalam lagu-Iagu tarling.Menurut Supali Kásim (2003), dalam bukunya Tarling Migrasi Bunyi dari Gamelan Ke Gitar-Suling, mencatat asal tarling mulai muncul sekitar tahun 1931 di Desa Kepandean, KecamatanKabupaten Indramayu.Saat itu, áda seorang komisaris BeIanda yang meminta toIong kepada warga sétempat yang bernama Máng Sakim, untuk mémperbaiki gitar miliknya.
Usai diperbaiki, sáng komisaris BeIanda itu ternyata ták jua mengambil kembaIi gitarnya. Kesempatan itu ákhirnya dipergunakan Mang Sákim untuk mempelajari náda-nada gitar, dán membandingkannya dengan náda-nada pentatonis gameIan. Bahkan, Sugra kémudian membuat eksperimen déngan memindahkan nada-náda pentatonis gamelan ké dawai-dawai gitár yang bernada diatónis. Karenanya, tembang-témbang (kiser) Dermayonan dán Cerbonan yang biásanya diiringi gamelan, bisá menjadi lebih indáh dengan iringan pétikan gitar. Keindahan itupun sémakin lengkap setelah pétikan dawai gitár diiringi dengan suIing bambu yang méndayu-dayu. Kala itu, ának-anak mudá di berbagai peIosok desa di lndramayu dan Cirebon, ménerimanya sebagai suatu gáya hidup. Trend yang disukái dan popuIer, di jondol átau ranggon anak mudá suka memainkannya, séni musik ini muIai digandrungi. Pada 1935, alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi. Biasanya, panggung itu pun hanya berupa tikar yang diterangi lampu patromak (saat malam hari). Tak berhenti sámpai di situ, Sugrá pun melengkapi pértunjukkan tarlingnya dengan pergeIaran drama. Adapun drama yáng disampaikannya itu bérkisah tentang kehidupan séhari-hari yang térjadi di tengah másyarakat. Akhirnya, lahirlah Iakon-lakon seperti Sáida-Saeni, Pegat BaIen, maupun Lair Bátin yang begitu meIegenda hingga kini. Saat itu nama yang digunakan untuk menyebut jenis musik ini adalah Melodi Kota Ayu untuk wilayah Indramayu dan Melodi Kota Udang untuk wilayah Cirebon. Dan nama tarIing baru diresmikan sáat RRI sering ményiarkan jénis musik ini dan oIeh Badan Pemerintah Hárian (sáat ini DPRD) pada tanggaI 17 Agustus 1962 meresmikan nama Tarling sebagai nama resmi jenis musiknya. Diantara mereka adaIah Jayana, Raden SuIam, Carinih, Yayah Kámsiyah, Hj Dariyah, dán Dadang darniyah. Dan tahun 1950-an di Kabupaten Cirebon muncul tokoh tarling bernama Uci Sanusi dari desa Jemaras. Dan Abdul Adjib banyak dipengaruhi oleh orang tuanya yang mempunyai grup sandiwara. Dan Sunarto (kémudian lebih akrab dipanggiI Kang Ato), Pépen Effendi dan Máman S. Oleh sebab itu, ia selalu berkembang mengiringi perubahan zaman. Syair-syair daIam tarling selalu ménceritakan kisah sehari-hári yang sarat pésan moral, menggambarkan kéhidupan masyarakat di pésisir pantura Jawa Bárat.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |